BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pernyataan yang sampai saat ini masih terngiang dari
Sumarwoto (1997) adalah pembangunan dapat dan telah merusak lingkungan, tetapi
pembangunan juga diperlukan untuk memperbaiki kualitas lingkungan. Kita semua
memang menginginkan keadaan lingkungan yang lestari, yaitu kondisi lingkungan
yang secara terus menerus dapat menjamin kesejahteraan hidup manusia dan juga
mahluk hidup lainnya. Untuk memelihara kelestarian lingkungan ini setiap
pengelolaan harus dilakukan secara bijaksana. Pengelolaan yang bijaksana
menuntut adanya pengetahuan yang cukup tentang lingkungan dan akibat yang dapat
timbul karena gangguan manusia. Pengelolaan yang bijaksana juga menuntut
kesadaran akan tanggung jawab manusia terhadap kelangsungan generasi mendatang.
Pengetahuan dan kesadaran akan pengelolaan lingkungan ini dapat diperoleh
melalui pendidikan dan sejenisnya. Sedangkan kesadaran mengenai perlunya
keselarasan dan kelestarian ekologi yang baik pada manusia menjadi suatu hal
yang masih baru. Di Indonesia, kita sedikitnya ketinggalan 20 tahun dari
negara-negara industri maju. Kita terlambat menyadari, betapa proses dan limbah
industri secara perlahan-lahan dan tanpa disadari telah mencemarkan lingkungan
hidup. Dampaknya tidak hanya menimbulkan ancaman terhadap kelestarian
sumber-sumber air, akan tetapi juga menimbulkan proses berantai yang akan
membuat kerusakan pada lingkungan hidup. Selain itu, akibat yang lain berupa
kerusakan atau kehancuran sumber-sumber genetika tanaman, dan sumber-sumber
organisme hidup yang bahkan diantaranya mungkin merupakan suatu kebutuhan
penting bagi manusia. Pendidikan lingkungan hidup (PLH) merupakan upaya
mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan
kesadaran mayarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan
lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan
aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi
sekarang dan yang akan datang. Pendidikan lingkungan hidup mempelajari permasalahan
lingkungan khususnya masalah dan pengelolaan pencemaran, kerusakan lingkungan
serta sumber daya dan konservasinya.
B. Maksud dan
Tujuan
Pembelajaran
lingkungan hidup merupakan upaya untuk mengubah perilaku dan sikap yang
dilakukan oleh berbagai pihak atau eleman masyarakat yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang konsep lingkungan
dan isu permasalahan lingkungan sehingga dapat berperan aktif dalam upaya
keselamatan dan pelestarian untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan
datang (Sunarno 2006). Dan dengan dibuatnya makalah ini kami berharap dapat
membantu menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan dan menyadarkan kita
tentang pentingnya mempelajari pendidikan lingkungan hidup agar kita lebih tahu
bagaimana seharusnya bersikap terhadap lingkungan serta kami berharap semoga
makalah kami dapat membantu para pembaca untuk menambah pengetahuan pembaca
mengenai pendidikan lingkungan (PLH) atau ekopedagogik.
Khusunya
bagi kita para calon pendidik agar lebih banyak memiliki pengetahuan tentang
cara, serta bahan ajar kita untuk kelak dalam melakukan pendidikan. Terutama
tentang pendidikan ekopedagogik yang sedang dibahas dalam makalah kami. Dengan
pengetahuan yang cukup serta benar semoga kita dapat mentransmisikannya pada
generasi kita. Sejalan dengan filsafat pendidikan menurut aliran perenialisme
yang menyatakan bahkan suatu pendidikan haruslah menjadi suatu warisan.
Identifikasi Masalah
1. Apa pengertian ekopedagogik?
2. Siapa yang harus mempelajari
ekopedagogik?
3. Kapan kita seharusnya memulai
mempelajari ekopedagogik?
4. Mengapa kita perlu mempelajari
ekopedagogik?
5. Dimana kita bisa merealisasikan
pendidikan ekopedagogik?
6. Bagaimana cara kita belajar
ekopedagogik dan mengajarkannya pada anak?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Ekopedagogik
Istilah ekopedagogik (ecopedagogy) merupakan gabungan
dari dua istilah. Yang pertama adalah ekologi (ecology) yang mengandung
arti ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Dan yang kedua adalah pedagogic (pedagogy) yang berarti
ilmu pendidikan.
Dalam arti yang lebih luas, istilah pedagogik merupakan
istilah yang lahir dari perkembangan pedagogik kritis yang diprakarsai oleh
Paolo Freire. Dalam konteks ini, ekopedagogik merupakan sebuah gerakan yang
berorientasi ke masa depan “untuk mengembangkan apresiasi yang kuat untuk
potensi kolektif manusia dan untuk mendorong keadilan sosial diseluruh dunia
yang diharapkan akan lahir kesadaran masyarakat dunia akan ekoliterasi kritis
(melek lingkungan secara kritis).
Sedangkan
Kaler Surata, mendefinisikan ekopedagogik merupakan tipe pembelajaran berbasis
cinta, partisipasi dan kreativitas. Ekopedagogik membahas tiga bidang utama.
Pertama, ekoliterasi teknis (fungsional) untuk memahami dasar-dasar sains,
konsep ekologi dan biologi, serta dampak positif dan negative manusia terhadap
sistem ekologi. Kedua ekoliterasi budaya untuk meningkatkan wawasan, kesadaran
dan pemahaman tentang berbagai perspektif budaya dalam hubungan antara manusia
dan lingkungan yang menghasilkan keberlanjutan kehidupan. Ketiga, ekoliterasi
kritis untuk melibatkan mahasiswa terhadap politik ekologi, kemajuan teknologi
dan komunikasi melalui dialog yang kritis dan konstruktif.
Untuk
memahami lebih jauh tentang ekopedagogik, berikut sejumlah prinsip dasar yang
digariskan dalam Piagam Ecopedagogik, yaitu :
1.
Pendidikan
populer
Ecopedagogik merupakan perpanjangan dari karya Paulo Freire, Pedagogy
kaum tertindas. Banyak dari konsep kekuasaan dari penindasan yang diperluas
untuk mencakup dunia non-manusia tertindas juga. Sebagai pewaris pedagogi
dari Ekopedagogik Tertindas didasarkan pada pendidikan popular dimana
kekuasaan dibagi, dialog partisipatif adalah metodologi kunci, belajar mengarah
ke tindakan, dan belajar dimulai dari dan menanggapi pengalaman hidup peserta
didik.
2.
Pasca
isu aktivisme
Masalah keadilan sosial dan ekonomi, demokrasi dan integritas
ecologal berhubungan dan saling bergantung. Pada akhirnya tidak satupun dari
mereka utuh. Pendidikan dapay memilih mana yang mengeluarkan peserta didik
mereka yang paling pribadi terhubung dengan namun sebagai “entry point” atau lokasi
untuk mulai dari untuk kemudian bergerak menuju pemahaman yang terintegrasi
dari yang lain.
3.
Warga
Planet Bumi
Realitas hidup kami mejadi mengglobal, kita harus mengglobal kami
rasa masyarakat, tanggung jawab dan komitmen kami juga.
4.
Pendidikan
Seni
Ekopedagogik mendorong orang untuk mengembangkan kemampuan untuk
merasakan, intuisi, bayangkan, membuat, berhubungan, dan mengekspresika diri.
Dengan cara ini kita bergerak dari objek ke subjek, dalam berpartisipasi dalam
mengartikulasikan dan menciptakan dunia yang kita inginkan. Hal ini menyiratkan
bahwa kecerdasan bahasa, kecerdasan teater, musik, art, fotografi, tari dan
lain-lain merupakan sangat fundamental (dasar) untuk terlihat dan sebagai saran
ekspresi dan kreasi dalam proyek pendidikan.
5.
Perawatan
Dis-care (ketidak
pedulian) dari setiap orang dan planet bumi ini telah memberikan kontribusi
terhadap krisis saat ini pada planet kita. Kepedulian (care) dapat
“menyulap” kekuatan untuk mencari perdamaian di tengah konflik.
B. Ruang Lingkup Ekopedagogik
Manusia mempunyai kesadaran dan
tanggung jawab atas tingkat kualitas lingkungannya. Karena itu dengan segala
usaha menggunakan alat teknologi modern yang dimilikinya, manusia, sambil
memanfaatkan sumber daya lingkungan juga meningkatkan kualitas lingkungannya. Didalam suatu ekosistem, manusia
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari unsur- unsur lainnya atau
lingkungannya. Lingkungan manusia terdiri dari unsur-unsur biotik dan abiotik.
Disamping itu kelakuan serta kebudayaan manusia sangat berpengaruh dalam
menentukan bentuk dan intensitas interaksi antara manusia dan lingkungannya.
Karena itu hidup manusia dengan tingkat kemakmuran dan kelestarian
ekosistemnya. Dan oleh karena ekosistem terbentuk oleh hubungan timbal balik
antara manusia dengan lingkungannya, maka untuk menjaga kelestarian ekosistem
manusia harus menjaga keserasian atau keharmonisan hubungan dengan
lingkungannya. Tentu untuk melakukan usaha-usaha tersebut manusia memerlukan
pengetahuan dari suatu pendidikan agar usaha tersebut dapat benar- benar
dilakukan dan bermanfaat menjaga keserasian dan keharmonisan lingkungan.
Masalah
lingkungan sebenarnya adalah masalah bagaimana sifat dan hakikat manusia
terhadap lingkungan hidupnya. Sampai sekarang pada umumnya masih pada tahap
kognitif, artinya manusia baru mengetahui, memahami gejala kerusakan oleh
tingkah laku keliru masa lalu. Namun sebagian besar sikap manusia masih belum
menunjukan sikap perbaikan. Dari tahap sikap ke tahap psikomotor sebagai
pengelola, masih memerlukan kondisi dan situasi tertentu agar terlaksana
pelestarian lingkungan. Mereka yang sekarang masih merusak lingkungan dapat
disebut “salah didik”. Pendidikan perlu diarahkan kepada pembentukan sikap dan
prilaku sadar akan kelestarian dan peningkatan kualitas lingkungan hidup demi
kelangsungan manusia dan lingkungannya.
Tidak ada manusia yang terlepas dari
proses pendidikan, sejak bayi dalam kandungan ibunya, kemudian dalam buaian,
merangkak, berdiri, berjalan, berlari, hingga dapat meraih sesuatu. Dalam
proses pendidikan tentunya ada hasil yang diperoleh untuk pendewasaan diri. Proses
pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus. Pendidikan adalah
aktifitas yang sangat penting bagi seluruh manusia, karena dengan itu manusia
dapat mengetahui, mengerti, dan memahami sesuatu. Seperti pendidikan
ekopedagogik.
C.
Mengapa ekopedagogik penting
Ekopedagogik penting untuk dipelajari, karena ekopedagogik
merupakan salah satu isu kritis dalam pedagogik kritis maupun pedagogik
transformatif. Dengan mempelajari ekopedagogik kita diperkenalkan bahwa pendidikan tidak hanya
mempelajari peserta didik dengan lingkungan manusia saja, tetapi kita
diperkenalkan pada lingkungan yang lebih luas lagi.
Berikut sejumlah alasan mengapa ekopedagogik penting untuk
kita pelajari, terutama oleh pendidik dan peserta didik yang dikutip dari
kurikulum Prancis yang sejak tahun 60-an telah mengembangkan pendidikan
berbasis lingkungan, yaitu :
1.
Membangun kesadaran kolektif untuk berperan aktif dalam
menjaga dan merawat planet bumi yang dari kacamata global sangat kecil
2.
Alam jangan dipandang sebagai lingkungan hidup (environment)
semata, tetapi sebagai ruang pemberi dan pemakna kehidupan (lebenstraum).
Jika dipelajari dengan cermat bahwa
sejak lahir dan sampai hayatnya semua manusia pada hakikatnya terlibat dengan
lingkungan. Dengan arti kata bahwa manusia itu tidak akan pernah dapat
memisahkan diri dari lingkungannya, manusia akan selalu membutuhkan
lingkungannya. Maka selama itu pula, manusia perlu melakukan pendidikan dan
mempelajari segala hal yang memang terkait dengan lingkungan agar mampu terus
bertahan secara nyaman bersama lingkungan. Bahkan semakin hari semakin
dirasakan oleh manusia untuk harus lebih mengenali lingkungannya.
3.
Pendidikan yang dapat mengubah paradigma ilmu dan bersifat
mekanistik, reduksionis, parsial dan bebas nilai menjadi ekologis, holistik dan
terikat nilai sehingga dapat tumbuh kearifan (wisdom), misalnya dengan
membangun watak dan menghargai hak hidup makhluk hidup lainnya.
4.
Pendidikan ekopedagogik lebih menekankan pendekatan
biosentrisme dan ekosentrisme, bukan lagi antroposentrisme.
Antroposentrisme merupakan suatu
etika yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta dan bahwa
kebutuhan dan kepentingan manusia mempunyai nilai paling tinggi dan paling
penting diantara mahkluk hidup lainnya. Sedangkan biosentrisme, merupakan suatu
paradigma yang memandang bahwa setiap kehidupan dan mahkluk hidup mempunyai
nilai dan berharga pada dirinya sendiri, sehingga pantas mendapat pertimbangan
dan kepedulian moral. Dan ekosentrisme, merupakan suatu paradigma yang lebih
jauh jangkauannya. Pada ekosentrisme, justru memusatkan etika pada seluruh
komunitas ekologis, baik yang hidup maupun yang tidak hidup.
5.
Pendidikan untuk mengenali alam, sehingga tumbuh rasa
cinta/respek terhadap alam beserta isinya.
Dari sejumlah
point diatas, dapat dikemukakan dengan mempelajari ekopedagogik kita dapat
memiliki literasi tentang lingkungan (melek lingkungan). Dengan melek
lingkungan, kita akan memiliki rasa tanggungjawab untuk menjaga dan merawatnya.
Salah satu contohnya, kita cepat sadar manakala kita menggunakan sumber-sumber
alam secara berlebihan membawa dampak yang dapat merusak lingkungan itu
sendiri, dan juga secara tidak langsung dapat merusak diri kita sendiri.
D.
Perkembangan Ekopedagogik di Indonesia
Menurut Fadli (2005), pendidikan lingkungan hidup dan kependudukan
dimasukkan kedalam pendidikan formal sejak tahun 1986, yang kemudian oleh
Depedikbud (sekarang Dikbud) merasa perlu untuk mulai mengintegrasikan PKLH ke
dalam semua mata pelajaran. Sejalan dengan hal ini, pada tanggal 5 juli 2005 Menteri
Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan SK bersama nomor:
Kep No 07 / MenLH / 06 / 2005 No 05/ VI / KB / 2005 untuk pembinaan dan
pengembangan pendidikan lingkungan hidup.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (menengah umum dan
menengah kejuruan), penyampaian mata ajar tentang masalah kependudukan dan
lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam sistem kurikulum tahun 1984
ke dalam hampir semua mata pelajaran. Sejak tahun 1989/1990 hingga saat ini
berbagai pelatihan tentang lingkungan hidup telah diperkenalkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional bagi guru-guru SD, SMP, dan SMA termasuk sekolah kejuruan.
Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah (Dikdasmen) Depdikbud jug terus mendorong pengembangan dan pemantapan
pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah antara lain melalui
penataran guru, penggalakkan bulan bkti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman
Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD,
SLTP, SMU dan SMK, program sekolah asri, dan lain-lain. Sementara itu, LSM
maupun perguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup melalui
kegiatan seminar, sarasehan, lokakarya, penataran guru, pengembangan sarana
pendidikan seperti penyusunan modul-modul integrasi, buku-buku bacaan dan
lain-lain.
E. Manfaat dan Tujuan Ekopedagogik
1. Manfaat
Manfaat
mempelajari ekopedagogik adalah untuk mengembangkan pengetahuan tentang
ekopedagogik juga memberikan pengertian kepada masyarakat umum tentang
pentingnya menjaga lingkungan demi mencapai kehidupan yang lebih baik.
Dengan membiasakan diri mencintai lingkungan, maka secara
tidak langsung pun kita sedang memberikan pendidikan kepada diri sendiri dan
orang lain terutama pada anak-anak didik kita. Karena terkadang melakukan suatu
pendidikan tidak selalu menuntut kita menjelaskan, mendeskripsikan atau
melakukan kegiatan mendidik lainnya. Tapi terkadang mencontohkan secara riil
merupakan salah satu cara mendidik yang efektif dan efisien. Selain mendidik
orang lain kita juga terdidik dengan cara kita sendiri. Misalnya pada
pendidikan lingkungan hidup secara sederhana saya contohkan dengan membuang
sampah secara benar, kemudian dilihat oleh anak. Secara tidak langsung pada
saat anak melihat dia melakukan proses berpikir tentang bagaimana seharusnya
bersikap baik dan benar untuk menjaga keindahan lingkungan. Sedang esensi dari
pendidikan sendiri adalah mengenai ketercapaian tentang nilai baik, benar dan
keindahan.
2. Tujuan
Ada 5 tujuan pendidikan lingkungan
yang disepakati usai pertemuan di Tbilisi 1977 oleh dunia internasional. Fien dalam
Miyake, dkk. (2003) mengemukakan kelima tujuan yaitu sebagai berikut:
·
Di bidang pengetahuan
membantu
individu, kelompok dan masyarakat untuk mendapatkan berbagai pengalaman dan
mendapat pengetahuan tentang apa yang diperlukan untuk menciptakan dan menjaga
lingkungan yang berkelanjutan.
·
Di bidang kesadaran
membantu
kelompok sosial dan individu untuk mendapatkan kesadaran dan kepekaan terhadap
lingkungan secara keseluruhan beserta isu-isu yang menyertainya, pertanyaan,
dan permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan dan pembangunan.
·
Di bidang perilaku
membantu
individu, kelompok dan masyarakat untuk memperoleh serangkaian nilai perasaan
peduli terhadap lingkungan dan motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam
perbaikan dan perlindungan lingkungan.
·
Di bidang ketrampilan
membantu
individu, kelompok dan masyarakat untuk mendapatkan ketrampilan untuk
mengidentifikasi, mengantisipasi, dan memecahkan permasalahan lingkungan.
·
Di bidang partisipasi
memberikan
kesempatan dan motivasi terhadap individu, kelompok dan masyarakat untuk
terlibat secara aktif dalam menciptakan lingkungan yang berkelanjutan. Jadi
pendidikan lingkungan hidup diperlukan untuk dapat mengelola secara bijaksana
sumber daya kita dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan
generasi yang akan datang diperlukan pengetahuan, sikap dan keterampilan atau
perilaku yang membuat sumber daya kita tetap dapat dimanfaatkan secara lestari atau
dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan (sutainable used).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jika kita semua memang menginginkan
keadaan lingkungan yang lestari, harus dilakukan pengelolaan secara bijaksana.
Pengelolaan yang bijaksana menuntut adanya pengetahuan yang cukup tentang
lingkungan dan akibat yang dapat timbul karena gangguan manusia. Oleh karena
itu, Pendidikan lingkungan hidup (PLH) merupakan upaya mengubah perilaku dan sikap
yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran mayarakat tentang nilai-nilai lingkungan
dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan
masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan
lingkungan. karena pendidikan lingkungan hidup merupakan tumpuan bagi
pengelolaan sumber daya sebagai sumber bagi kehidupan sekarang dan di masa yang
akan datang.
B. Saran
Untuk menjaga ekosistem lingkungan
agar tetap lestari, maka konservasi lingkungan harus lebih digalakkan. Sebagai
mahasiswa khusunya para calon pendidik, di harapkan agar lebih menjadi center
learning student dalam proses belajar-mengajar. Maka dari itu, kita harus
mempelajari bagaimana cara melestarikan lingkungan dan mengajarkannya kepada
anak didik kita yaitu melalui pendidikan.
Daftar Pustaka
Abdul Aziz, Hamka. 2011. Pendidikan
Karakter Berpusat pada Hati. Jakarta.
Al-Mawardi Prima
Saragih, S.Sitorus. 1983. Bunga Rampai Lingkungan Hidup. Surabaya.
Usaha Nasional
Resosoedarmo Soedjiran R. Prof.,
DR., M.A. Kartawinata Kuswata, DR., Soegiarto Aprilani, DR., 1984. Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja
Karya Offset
Irwan Djamal Zoer’aini, Prof., DR.,
M.Si., 2012. Ekosistem, Lingkungan dan
Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara
Said M, Prof., Dr., 1981. Pendidikan Abad Keduapuluh dengan Latar
Belakang Kebudayaan. Jakarta: Mutiara
Suherly Lilis. Terjemahan. 1988. Ekologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Kurniaty Metty, Heddy Suwasono.,
1994. Prinsip- Prinsip Dasar Ekologi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Pudjosumedi, Riadi Sugeng. 2012. Pengantar
Pedagogik Transformatif. Jakarta. UHAMKA PRESS
http://www.google.co.id/search?hl=id&tbo=p&tbm=bks&q=ekopedagogi&num=10