Sunday, October 13, 2013

MAKALAH EKOPEDAGOGIK

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pernyataan yang sampai saat ini masih terngiang dari Sumarwoto (1997) adalah pembangunan dapat dan telah merusak lingkungan, tetapi pembangunan juga diperlukan untuk memperbaiki kualitas lingkungan. Kita semua memang menginginkan keadaan lingkungan yang lestari, yaitu kondisi lingkungan yang secara terus menerus dapat menjamin kesejahteraan hidup manusia dan juga mahluk hidup lainnya. Untuk memelihara kelestarian lingkungan ini setiap pengelolaan harus dilakukan secara bijaksana. Pengelolaan yang bijaksana menuntut adanya pengetahuan yang cukup tentang lingkungan dan akibat yang dapat timbul karena gangguan manusia. Pengelolaan yang bijaksana juga menuntut kesadaran akan tanggung jawab manusia terhadap kelangsungan generasi mendatang. Pengetahuan dan kesadaran akan pengelolaan lingkungan ini dapat diperoleh melalui pendidikan dan sejenisnya. Sedangkan kesadaran mengenai perlunya keselarasan dan kelestarian ekologi yang baik pada manusia menjadi suatu hal yang masih baru. Di Indonesia, kita sedikitnya ketinggalan 20 tahun dari negara-negara industri maju. Kita terlambat menyadari, betapa proses dan limbah industri secara perlahan-lahan dan tanpa disadari telah mencemarkan lingkungan hidup. Dampaknya tidak hanya menimbulkan ancaman terhadap kelestarian sumber-sumber air, akan tetapi juga menimbulkan proses berantai yang akan membuat kerusakan pada lingkungan hidup. Selain itu, akibat yang lain berupa kerusakan atau kehancuran sumber-sumber genetika tanaman, dan sumber-sumber organisme hidup yang bahkan diantaranya mungkin merupakan suatu kebutuhan penting bagi manusia. Pendidikan lingkungan hidup (PLH) merupakan upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran mayarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Pendidikan lingkungan hidup mempelajari permasalahan lingkungan khususnya masalah dan pengelolaan pencemaran, kerusakan lingkungan serta sumber daya dan konservasinya.

B.     Maksud dan Tujuan
Pembelajaran lingkungan hidup merupakan upaya untuk mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau eleman masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran tentang konsep lingkungan dan isu permasalahan lingkungan sehingga dapat berperan aktif dalam upaya keselamatan dan pelestarian untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang (Sunarno 2006). Dan dengan dibuatnya makalah ini kami berharap dapat membantu menumbuhkan rasa peduli terhadap lingkungan dan menyadarkan kita tentang pentingnya mempelajari pendidikan lingkungan hidup agar kita lebih tahu bagaimana seharusnya bersikap terhadap lingkungan serta kami berharap semoga makalah kami dapat membantu para pembaca untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai pendidikan lingkungan (PLH) atau ekopedagogik.
Khusunya bagi kita para calon pendidik agar lebih banyak memiliki pengetahuan tentang cara, serta bahan ajar kita untuk kelak dalam melakukan pendidikan. Terutama tentang pendidikan ekopedagogik yang sedang dibahas dalam makalah kami. Dengan pengetahuan yang cukup serta benar semoga kita dapat mentransmisikannya pada generasi kita. Sejalan dengan filsafat pendidikan menurut aliran perenialisme yang menyatakan bahkan suatu pendidikan haruslah menjadi suatu warisan.

Identifikasi Masalah
1.      Apa pengertian ekopedagogik?
2.      Siapa yang harus mempelajari ekopedagogik?
3.      Kapan kita seharusnya memulai mempelajari ekopedagogik?
4.      Mengapa kita perlu mempelajari ekopedagogik?
5.      Dimana kita bisa merealisasikan pendidikan ekopedagogik?
6.      Bagaimana cara kita belajar ekopedagogik dan mengajarkannya pada anak?





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ekopedagogik
Istilah ekopedagogik (ecopedagogy) merupakan gabungan dari dua istilah. Yang pertama adalah ekologi (ecology) yang mengandung arti ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. Dan yang kedua adalah pedagogic (pedagogy) yang berarti ilmu pendidikan.
Dalam arti yang lebih luas, istilah pedagogik merupakan istilah yang lahir dari perkembangan pedagogik kritis yang diprakarsai oleh Paolo Freire. Dalam konteks ini, ekopedagogik merupakan sebuah gerakan yang berorientasi ke masa depan “untuk mengembangkan apresiasi yang kuat untuk potensi kolektif manusia dan untuk mendorong keadilan sosial diseluruh dunia yang diharapkan akan lahir kesadaran masyarakat dunia akan ekoliterasi kritis (melek lingkungan secara kritis).
Sedangkan Kaler Surata, mendefinisikan ekopedagogik merupakan tipe pembelajaran berbasis cinta, partisipasi dan kreativitas. Ekopedagogik membahas tiga bidang utama. Pertama, ekoliterasi teknis (fungsional) untuk memahami dasar-dasar sains, konsep ekologi dan biologi, serta dampak positif dan negative manusia terhadap sistem ekologi. Kedua ekoliterasi budaya untuk meningkatkan wawasan, kesadaran dan pemahaman tentang berbagai perspektif budaya dalam hubungan antara manusia dan lingkungan yang menghasilkan keberlanjutan kehidupan. Ketiga, ekoliterasi kritis untuk melibatkan mahasiswa terhadap politik ekologi, kemajuan teknologi dan komunikasi melalui dialog yang kritis dan konstruktif.
Untuk memahami lebih jauh tentang ekopedagogik, berikut sejumlah prinsip dasar yang digariskan dalam Piagam Ecopedagogik, yaitu :
1.      Pendidikan populer
Ecopedagogik merupakan perpanjangan dari karya Paulo Freire, Pedagogy kaum tertindas. Banyak dari konsep kekuasaan dari penindasan yang diperluas untuk mencakup dunia non-manusia tertindas juga. Sebagai pewaris pedagogi dari Ekopedagogik Tertindas didasarkan pada pendidikan popular dimana kekuasaan dibagi, dialog partisipatif adalah metodologi kunci, belajar mengarah ke tindakan, dan belajar dimulai dari dan menanggapi pengalaman hidup peserta didik.
2.      Pasca isu aktivisme
Masalah keadilan sosial dan ekonomi, demokrasi dan integritas ecologal berhubungan dan saling bergantung. Pada akhirnya tidak satupun dari mereka utuh. Pendidikan dapay memilih mana yang mengeluarkan peserta didik mereka yang paling pribadi terhubung dengan namun sebagai “entry point” atau lokasi untuk mulai dari untuk kemudian bergerak menuju pemahaman yang terintegrasi dari yang lain.
3.      Warga Planet Bumi
Realitas hidup kami mejadi mengglobal, kita harus mengglobal kami rasa masyarakat, tanggung jawab dan komitmen kami juga.
4.      Pendidikan Seni
Ekopedagogik mendorong orang untuk mengembangkan kemampuan untuk merasakan, intuisi, bayangkan, membuat, berhubungan, dan mengekspresika diri. Dengan cara ini kita bergerak dari objek ke subjek, dalam berpartisipasi dalam mengartikulasikan dan menciptakan dunia yang kita inginkan. Hal ini menyiratkan bahwa kecerdasan bahasa, kecerdasan teater, musik, art, fotografi, tari dan lain-lain merupakan sangat fundamental (dasar) untuk terlihat dan sebagai saran ekspresi dan kreasi dalam proyek pendidikan.
5.      Perawatan
Dis-care (ketidak pedulian) dari setiap orang dan planet bumi ini telah memberikan kontribusi terhadap krisis saat ini pada planet kita. Kepedulian (care) dapat “menyulap” kekuatan untuk mencari perdamaian di tengah konflik.

B.     Ruang Lingkup Ekopedagogik
Manusia mempunyai kesadaran dan tanggung jawab atas tingkat kualitas lingkungannya. Karena itu dengan segala usaha menggunakan alat teknologi modern yang dimilikinya, manusia, sambil memanfaatkan sumber daya lingkungan juga meningkatkan kualitas lingkungannya. Didalam suatu ekosistem, manusia merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari unsur- unsur lainnya atau lingkungannya. Lingkungan manusia terdiri dari unsur-unsur biotik dan abiotik. Disamping itu kelakuan serta kebudayaan manusia sangat berpengaruh dalam menentukan bentuk dan intensitas interaksi antara manusia dan lingkungannya. Karena itu hidup manusia dengan tingkat kemakmuran dan kelestarian ekosistemnya. Dan oleh karena ekosistem terbentuk oleh hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya, maka untuk menjaga kelestarian ekosistem manusia harus menjaga keserasian atau keharmonisan hubungan dengan lingkungannya. Tentu untuk melakukan usaha-usaha tersebut manusia memerlukan pengetahuan dari suatu pendidikan agar usaha tersebut dapat benar- benar dilakukan dan bermanfaat menjaga keserasian dan keharmonisan lingkungan.
Masalah lingkungan sebenarnya adalah masalah bagaimana sifat dan hakikat manusia terhadap lingkungan hidupnya. Sampai sekarang pada umumnya masih pada tahap kognitif, artinya manusia baru mengetahui, memahami gejala kerusakan oleh tingkah laku keliru masa lalu. Namun sebagian besar sikap manusia masih belum menunjukan sikap perbaikan. Dari tahap sikap ke tahap psikomotor sebagai pengelola, masih memerlukan kondisi dan situasi tertentu agar terlaksana pelestarian lingkungan. Mereka yang sekarang masih merusak lingkungan dapat disebut “salah didik”. Pendidikan perlu diarahkan kepada pembentukan sikap dan prilaku sadar akan kelestarian dan peningkatan kualitas lingkungan hidup demi kelangsungan manusia dan lingkungannya.
Tidak ada manusia yang terlepas dari proses pendidikan, sejak bayi dalam kandungan ibunya, kemudian dalam buaian, merangkak, berdiri, berjalan, berlari, hingga dapat meraih sesuatu. Dalam proses pendidikan tentunya ada hasil yang diperoleh untuk pendewasaan diri. Proses pendidikan ini harus dilakukan secara terus-menerus. Pendidikan adalah aktifitas yang sangat penting bagi seluruh manusia, karena dengan itu manusia dapat mengetahui, mengerti, dan memahami sesuatu. Seperti pendidikan ekopedagogik.

C.    Mengapa ekopedagogik penting
Ekopedagogik penting untuk dipelajari, karena ekopedagogik merupakan salah satu isu kritis dalam pedagogik kritis maupun pedagogik transformatif. Dengan mempelajari ekopedagogik kita  diperkenalkan bahwa pendidikan tidak hanya mempelajari peserta didik dengan lingkungan manusia saja, tetapi kita diperkenalkan pada lingkungan yang lebih luas lagi.
Berikut sejumlah alasan mengapa ekopedagogik penting untuk kita pelajari, terutama oleh pendidik dan peserta didik yang dikutip dari kurikulum Prancis yang sejak tahun 60-an telah mengembangkan pendidikan berbasis lingkungan, yaitu :
1.      Membangun kesadaran kolektif untuk berperan aktif dalam menjaga dan merawat planet bumi yang dari kacamata global sangat kecil
2.      Alam jangan dipandang sebagai lingkungan hidup (environment) semata, tetapi sebagai ruang pemberi dan pemakna kehidupan (lebenstraum).
Jika dipelajari dengan cermat bahwa sejak lahir dan sampai hayatnya semua manusia pada hakikatnya terlibat dengan lingkungan. Dengan arti kata bahwa manusia itu tidak akan pernah dapat memisahkan diri dari lingkungannya, manusia akan selalu membutuhkan lingkungannya. Maka selama itu pula, manusia perlu melakukan pendidikan dan mempelajari segala hal yang memang terkait dengan lingkungan agar mampu terus bertahan secara nyaman bersama lingkungan. Bahkan semakin hari semakin dirasakan oleh manusia untuk harus lebih mengenali lingkungannya.
3.      Pendidikan yang dapat mengubah paradigma ilmu dan bersifat mekanistik, reduksionis, parsial dan bebas nilai menjadi ekologis, holistik dan terikat nilai sehingga dapat tumbuh kearifan (wisdom), misalnya dengan membangun watak dan menghargai hak hidup makhluk hidup lainnya.
4.      Pendidikan ekopedagogik lebih menekankan pendekatan biosentrisme dan ekosentrisme, bukan lagi antroposentrisme.
Antroposentrisme merupakan suatu etika yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta dan bahwa kebutuhan dan kepentingan manusia mempunyai nilai paling tinggi dan paling penting diantara mahkluk hidup lainnya. Sedangkan biosentrisme, merupakan suatu paradigma yang memandang bahwa setiap kehidupan dan mahkluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri, sehingga pantas mendapat pertimbangan dan kepedulian moral. Dan ekosentrisme, merupakan suatu paradigma yang lebih jauh jangkauannya. Pada ekosentrisme, justru memusatkan etika pada seluruh komunitas ekologis, baik yang hidup maupun yang tidak hidup.
5.      Pendidikan untuk mengenali alam, sehingga tumbuh rasa cinta/respek terhadap alam beserta isinya.
Dari sejumlah point diatas, dapat dikemukakan dengan mempelajari ekopedagogik kita dapat memiliki literasi tentang lingkungan (melek lingkungan). Dengan melek lingkungan, kita akan memiliki rasa tanggungjawab untuk menjaga dan merawatnya. Salah satu contohnya, kita cepat sadar manakala kita menggunakan sumber-sumber alam secara berlebihan membawa dampak yang dapat merusak lingkungan itu sendiri, dan juga secara tidak langsung dapat merusak diri kita sendiri.
D.    Perkembangan Ekopedagogik di Indonesia
Menurut Fadli (2005), pendidikan lingkungan hidup dan kependudukan dimasukkan kedalam pendidikan formal sejak tahun 1986, yang kemudian oleh Depedikbud (sekarang Dikbud) merasa perlu untuk mulai mengintegrasikan PKLH ke dalam semua mata pelajaran. Sejalan dengan hal ini, pada tanggal 5 juli 2005 Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan SK bersama nomor: Kep No 07 / MenLH / 06 / 2005 No 05/ VI / KB / 2005 untuk pembinaan dan pengembangan pendidikan lingkungan hidup.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (menengah umum dan menengah kejuruan), penyampaian mata ajar tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam sistem kurikulum tahun 1984 ke dalam hampir semua mata pelajaran. Sejak tahun 1989/1990 hingga saat ini berbagai pelatihan tentang lingkungan hidup telah diperkenalkan oleh Departemen Pendidikan Nasional bagi guru-guru SD, SMP, dan SMA termasuk sekolah kejuruan.
Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Depdikbud jug terus mendorong pengembangan dan pemantapan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah antara lain melalui penataran guru, penggalakkan bulan bkti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD, SLTP, SMU dan SMK, program sekolah asri, dan lain-lain. Sementara itu, LSM maupun perguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup melalui kegiatan seminar, sarasehan, lokakarya, penataran guru, pengembangan sarana pendidikan seperti penyusunan modul-modul integrasi, buku-buku bacaan dan lain-lain.


E.     Manfaat dan Tujuan Ekopedagogik
1.      Manfaat
Manfaat mempelajari ekopedagogik adalah untuk mengembangkan pengetahuan tentang ekopedagogik juga memberikan pengertian kepada masyarakat umum tentang pentingnya menjaga lingkungan demi mencapai kehidupan yang lebih baik.
Dengan membiasakan diri mencintai lingkungan, maka secara tidak langsung pun kita sedang memberikan pendidikan kepada diri sendiri dan orang lain terutama pada anak-anak didik kita. Karena terkadang melakukan suatu pendidikan tidak selalu menuntut kita menjelaskan, mendeskripsikan atau melakukan kegiatan mendidik lainnya. Tapi terkadang mencontohkan secara riil merupakan salah satu cara mendidik yang efektif dan efisien. Selain mendidik orang lain kita juga terdidik dengan cara kita sendiri. Misalnya pada pendidikan lingkungan hidup secara sederhana saya contohkan dengan membuang sampah secara benar, kemudian dilihat oleh anak. Secara tidak langsung pada saat anak melihat dia melakukan proses berpikir tentang bagaimana seharusnya bersikap baik dan benar untuk menjaga keindahan lingkungan. Sedang esensi dari pendidikan sendiri adalah mengenai ketercapaian tentang nilai baik, benar dan keindahan.
2.      Tujuan
Ada 5 tujuan pendidikan lingkungan yang disepakati usai pertemuan di Tbilisi 1977 oleh dunia internasional. Fien dalam Miyake, dkk. (2003) mengemukakan kelima tujuan yaitu sebagai berikut:
·         Di bidang pengetahuan
membantu individu, kelompok dan masyarakat untuk mendapatkan berbagai pengalaman dan mendapat pengetahuan tentang apa yang diperlukan untuk menciptakan dan menjaga lingkungan yang berkelanjutan.
·         Di bidang kesadaran
membantu kelompok sosial dan individu untuk mendapatkan kesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan secara keseluruhan beserta isu-isu yang menyertainya, pertanyaan, dan permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan dan pembangunan.
·         Di bidang perilaku
membantu individu, kelompok dan masyarakat untuk memperoleh serangkaian nilai perasaan peduli terhadap lingkungan dan motivasi untuk berpartisipasi aktif dalam perbaikan dan perlindungan lingkungan.

·         Di bidang ketrampilan
membantu individu, kelompok dan masyarakat untuk mendapatkan ketrampilan untuk mengidentifikasi, mengantisipasi, dan memecahkan permasalahan lingkungan.
·         Di bidang partisipasi
memberikan kesempatan dan motivasi terhadap individu, kelompok dan masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam menciptakan lingkungan yang berkelanjutan. Jadi pendidikan lingkungan hidup diperlukan untuk dapat mengelola secara bijaksana sumber daya kita dan menumbuhkan rasa tanggung jawab terhadap kepentingan generasi yang akan datang diperlukan pengetahuan, sikap dan keterampilan atau perilaku yang membuat sumber daya kita tetap dapat dimanfaatkan secara lestari atau dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan (sutainable used).











BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Jika kita semua memang menginginkan keadaan lingkungan yang lestari, harus dilakukan pengelolaan secara bijaksana. Pengelolaan yang bijaksana menuntut adanya pengetahuan yang cukup tentang lingkungan dan akibat yang dapat timbul karena gangguan manusia. Oleh karena itu, Pendidikan lingkungan hidup (PLH) merupakan upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran mayarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan. karena pendidikan lingkungan hidup merupakan tumpuan bagi pengelolaan sumber daya sebagai sumber bagi kehidupan sekarang dan di masa yang akan datang.

B.     Saran
Untuk menjaga ekosistem lingkungan agar tetap lestari, maka konservasi lingkungan harus lebih digalakkan. Sebagai mahasiswa khusunya para calon pendidik, di harapkan agar lebih menjadi center learning student dalam proses belajar-mengajar. Maka dari itu, kita harus mempelajari bagaimana cara melestarikan lingkungan dan mengajarkannya kepada anak didik kita yaitu melalui pendidikan.




Daftar Pustaka
Abdul Aziz, Hamka. 2011. Pendidikan Karakter Berpusat pada Hati. Jakarta. Al-Mawardi Prima
Saragih, S.Sitorus. 1983. Bunga Rampai Lingkungan Hidup. Surabaya. Usaha Nasional
Resosoedarmo Soedjiran R. Prof., DR., M.A. Kartawinata Kuswata, DR., Soegiarto Aprilani, DR., 1984. Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Karya Offset
Irwan Djamal Zoer’aini, Prof., DR., M.Si., 2012. Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara
Said M, Prof., Dr., 1981. Pendidikan Abad Keduapuluh dengan Latar Belakang Kebudayaan. Jakarta: Mutiara
Suherly Lilis. Terjemahan. 1988. Ekologi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Kurniaty Metty, Heddy Suwasono., 1994. Prinsip- Prinsip Dasar Ekologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Pudjosumedi, Riadi Sugeng. 2012. Pengantar Pedagogik Transformatif. Jakarta. UHAMKA PRESS
http://www.google.co.id/search?hl=id&tbo=p&tbm=bks&q=ekopedagogi&num=10



No comments:

Post a Comment